Kamis, 07 Februari 2013

KISAH SINGA REWA


SINGA REWA DAN KULIT BUNTAL

Waktu jaman Belanda menguasai Indonesia, beberapa petinggi pemerintah Belanda memasuki Pulau Kalimantan. Mereka mengangkat orang-orang berpengaruh di Kalimantan.

Khususnya di Kalimantan Tengah mereka memberi jabatan, Temanggung, Damang, Dambung dan Singa.

Gelar "Singa" adalah untuk seseorang tokoh Dayak Ngaju yang mempunyai keberanian dan kesaktian, yang disegani lawan maupun kawan.

Suatu hari si tuan Belanda ini mengajak "Singa Rewa" mendayung naik perahu menelusuri sungai Kapuas dan Kahayan.

Sesampai di Lewu (kampung) Mandomai, Belanda bertanya kepada Singa Rewa: "Lewu apa ini Singa Rewa?" Ini lewu "Tanah Merah" (Petak Bahandang) dulu belum beranama "Mandomai". Kemudian mereka masuk Anjir Pulang Pisau. Sesampai di Pulang Pisau. Tuan Belanda Bertanya lagi "Lewu apa ini Singa Rewa?" ini lewu "Hulu Parang!" kata Singa Rewa. "Bukan Singa Rewa!" Belanda menyela. "Ah.. sama saja tuan. Pulang Pisau dan Hulu Parang sama saja.!" Kemudian sampai di Buntoi, Belanda bertanya, "lewu apa ini Singa Rewa?" "Inu lewu air berbuih-buih."

Tuan Belanda bertanya kepada Singa Rewa : "Apa arti nama kamu "Singa Rewa", dijawab "Singa Rewa adalah "Binatang buas di tengah hutan, pohon roboh tidak berdaun"! tuan.

Tiba-tiba perahu mereka menabrak batang pohon yang hanyut di sungai. tuan Belanda kaget dan bertanya : "Apa itu Singa Rewa?" "Tidak apa-apa tuan, kayu sama kayu."

Mereka melanjutkan penyusuran mereka, teringatlah tuan Belanda akan kulit "Buntal" yang sudah kering dalam tasnya, lalu ia keluarkan. Saat itu Singa Rewa tidak memakai baju, lalu di gosok tuan Belanda kulit Buntal itu ke punggung Singa Rewa. "Aduh...aduhh... tuan apa itu tuan?" "tuan menjawab "tidak apa-apa Singa Rewa, kulit sama kulit". Singa Rewa kembali berkata "aduh tuan tidak sama, kulit hidup dengan kulit mati".

Hahahahaaa....... siapa yang tahan dengan kulit buntal yang kasar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar